Senin, 02 Agustus 2021

kompleksitas pemikiran manusia dari eksistensialisme hingga essensialisme

manusia terdiri dari akal, nafsu, dan ruh. karena kompleksnya unsur pembentuk manusia maka pemikiran manusia dan filsafatnya juga menjadi kompleks. ada beragam cara pandang manusia mengenai kebenaran dan melahirkan berbagai cabang filsafat. ada filsafat eksistensialisme, teologi, pragmatisme, absurditas, nihilisme, dll.

jika orang berfikir menggunakan nafsu maka ujung-ujungnya melahirkan filsafat eksistensialisme dan materialisme. karena nafsu adalah ego dan ingin menonjolkan diri sendiri dan tidak taat kepada agama dan spiritualitas. oleh karena itu pemikir yang menggunakan  nafsunya akan cenderung mengabaikan agama bahkan ada beberapa pemikir dan ilmuwan yang kemudian menjadi atheis. filsafat ini juga cenderung absurdisme, fatalisme, nihilisme dan beberapa pemikiran yang immoral serta tidak memiliki basis nilai etika yang memadai. 

jika orang berfikir menggunakan akal maka cenderung melahirkan pemikiran yang fungsionalisme dan pragmatisme. karena akal adalah latoifunafsi. akal juga menjadi jalan tengah yang menghubungkan antara badan manusia yang hewani dan profan dengan rohnya yang spiritual dan sakral. filsafat ini lebih mementingkan fungsi dari suatu pemikiran dan pengetahuan.

jika berfikir dengan menggunakan ruh maka akan melahirkan pemikiran teologis dan spiritual. inilah pemikiran yang lebih dekat dengan agama. sebagaimana pemikiran henri bergson tentang intuisi, pemikiran ibnu arabi tentang unity of being, pemikiran al halaj, plato, suhrawardi, immanuel kant, al ghazali, al farabi, jalaludin rumi dan sebagainya. pemikiran ini mengandalkan intuisi, ilmu laduni, burhani, petunjuk ilahiah dan lain sebagainya yang berhubungan dengan sisi spiritualitas maupun mistisisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar