REINDONESIA : KEMBALI MENJADI INDONESIA
Dewasa ini muncul kecenderungan di masyarakat untuk
bersikap egosentris. Padahal masyarakat modern butuh pribadi-pribadi yang
peduli misalnya peduli pada lingkungan hidup, peduli masyarakat miskin, peduli masyarakat
yang terkena musibah, peduli anak, peduli orang
cacat, peduli lansia, peduli tata ruang, peduli olah raga, dan terutama
pula peduli pada masa depan bangsa dan negara.
Kepedulian kita terhadap apa yang menimpa saudara kita
sebangsa setanah air adalah sikap mulia. Sikap tersebut dapat menumbuhkan
kesetiakawanan sosial dan meningkatkan cinta tanah air. Karena sebagai bagian
dari penduduk Indonesia, kita adalah senasib, ketika negeri ini makmur maka
makmur pula lah kita, sebaliknya jika negeri ini tertimpa bencana, maka kita
juga ikut merasakannya.
Jika kita melihat kembali sejarah bangsa Indonesia kita
dapat menyaksikan sikap kesatria yang ditunjukan oleh para pahlawan. Mereka
adalah leluhur kita semua. Kita dapat melihat bagaimana perjuangan mereka dari
aceh hingga papua. Kita bangga punya pahlawan yang gagah, berani, cerdas dan
berbudi luhur, lihatlah bagaimana keberanian dan kegigihan Teuku Umar,
Sisingamangaraja, Tuanku Imam Bondjol, Pangeran Jayakarta, Pangeran Diponegoro,
Sultan Agung Hanyakrakusuma, Untung Surapati, Pangeran Antasari, Sultan
Hasanudin, Pattimura, Gusti Ngurah Rai, Presiden Soekarno, Mohammad Hatta,
Panglima Soedirman, Hos Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Yos Sudarso, Frans
Kaisepo, juga bagaimana keberanian dan kecerdasan pahlawan wanita Cut Nyak
Dhien, Christina Martha Tiiahahu, Nyi Ageng Serang, RA Kartini dan lain
sebagainya. Kita adalah bagian dari mereka, negara yang mereka perjuangkan
adalah negara kita, bangsa yang mereka bebaskan adalah bangsa kita, nasib yang
mereka bela adalah nasib kita, sikap kesatria yang mereka tunjukkan pada dunia
adalah juga sikap kita.
Beberapa putra
terbaik bangsa Indonesia juga cukup mengharumkan nama negara di kancah
internasioal melalui prestasi di bidangnya masing-masing. Siapa yang tidak kenal
ilmuwan Indonesia seperti Pak Habibie, Tjokorda Raka Sukowati, Prof. Baiquni,
Cendekiawan Nurcholis Madjid, Gus Dur, Emha Ainun Najib, Frans Magnis Suseno,
Jalaludin Rakhmat, wartawan Rosihan Anwar, Penulis Merry Riana, Pramoedya,
Rendra, Taufik Ismail, Gus Mus, artis Rano Karno, Iwan Fals, Anggun C Sasmi,
Agnes Monica, Syahrini, Olahragawan Susi Susanti, Yayuk Basuki, Alan Budi
Kusuma, Elias Pical, Utut Adianto, Heryanto Arbi, Kurniawan Dwi Yulianto, Agamawan
Syech Nawawi Banten, Syech Cholil Bangkalan, Syech Ihsan Jampes, Buya Hamka,
Tuan Guru Ijai, Romo YB Mangunwijaya, Pengusaha Bakrie, Kalla, HM Sulchan, Bob Sadino, Budi Hartono, Liem Soe Liong, dan
sederet nama-nama tenar lainnya. Mereka sukses di Indonesia dan menjadi pribadi
yang mengangkat nama Indonesia. Mereka juga tinggal di Indonesia, sama seperti
kita. Jadi siapapun dari kita bisa dan mungkin mengikuti jejak mereka untuk
berprestasi di bidangnya. Tidak ada yang melarang kita untuk sukses di
Indonesia.
Sebagai bagian dari Indonesia, sudah semestinya kita saling
menghargai antar suku, antar agama, antar golongan, antar profesi, dan lain
sebagainya. hendaklah kita mencari kesamaan dan bukan memperlebar perbedaan.
Kita adalah senasib dan sudah selayaknya bantu membantu memperbaiki nasib
sesama. Indonesia adalah milik bersama semua profesi, agama, suku, dan
golongan. Mari buatlah prestasi yang membanggakan bagi negeri ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Kuasa senantiasa merahmati kita. God Bless Indonesia.