Minggu, 15 Februari 2015

Reindonesia, Kembali Menjadi Indonesia

REINDONESIA : KEMBALI MENJADI INDONESIA

Dewasa ini muncul kecenderungan di masyarakat untuk bersikap egosentris. Padahal masyarakat modern butuh pribadi-pribadi yang peduli misalnya peduli pada lingkungan hidup, peduli masyarakat miskin, peduli masyarakat yang terkena musibah, peduli anak, peduli orang  cacat, peduli lansia, peduli tata ruang, peduli olah raga, dan terutama pula peduli pada masa depan bangsa dan negara.
Kepedulian kita terhadap apa yang menimpa saudara kita sebangsa setanah air adalah sikap mulia. Sikap tersebut dapat menumbuhkan kesetiakawanan sosial dan meningkatkan cinta tanah air. Karena sebagai bagian dari penduduk Indonesia, kita adalah senasib, ketika negeri ini makmur maka makmur pula lah kita, sebaliknya jika negeri ini tertimpa bencana, maka kita juga ikut merasakannya.
Jika kita melihat kembali sejarah bangsa Indonesia kita dapat menyaksikan sikap kesatria yang ditunjukan oleh para pahlawan. Mereka adalah leluhur kita semua. Kita dapat melihat bagaimana perjuangan mereka dari aceh hingga papua. Kita bangga punya pahlawan yang gagah, berani, cerdas dan berbudi luhur, lihatlah bagaimana keberanian dan kegigihan Teuku Umar, Sisingamangaraja, Tuanku Imam Bondjol, Pangeran Jayakarta, Pangeran Diponegoro, Sultan Agung Hanyakrakusuma, Untung Surapati, Pangeran Antasari, Sultan Hasanudin, Pattimura, Gusti Ngurah Rai, Presiden Soekarno, Mohammad Hatta, Panglima Soedirman, Hos Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Yos Sudarso, Frans Kaisepo, juga bagaimana keberanian dan kecerdasan pahlawan wanita Cut Nyak Dhien, Christina Martha Tiiahahu, Nyi Ageng Serang, RA Kartini dan lain sebagainya. Kita adalah bagian dari mereka, negara yang mereka perjuangkan adalah negara kita, bangsa yang mereka bebaskan adalah bangsa kita, nasib yang mereka bela adalah nasib kita, sikap kesatria yang mereka tunjukkan pada dunia adalah juga sikap kita.
Beberapa putra  terbaik bangsa Indonesia juga cukup mengharumkan nama negara di kancah internasioal melalui prestasi di bidangnya masing-masing. Siapa yang tidak kenal ilmuwan Indonesia seperti Pak Habibie, Tjokorda Raka Sukowati, Prof. Baiquni, Cendekiawan Nurcholis Madjid, Gus Dur, Emha Ainun Najib, Frans Magnis Suseno, Jalaludin Rakhmat, wartawan Rosihan Anwar, Penulis Merry Riana, Pramoedya, Rendra, Taufik Ismail, Gus Mus, artis Rano Karno, Iwan Fals, Anggun C Sasmi, Agnes Monica, Syahrini, Olahragawan Susi Susanti, Yayuk Basuki, Alan Budi Kusuma, Elias Pical, Utut Adianto, Heryanto Arbi, Kurniawan Dwi Yulianto, Agamawan Syech Nawawi Banten, Syech Cholil Bangkalan, Syech Ihsan Jampes, Buya Hamka, Tuan Guru Ijai, Romo YB Mangunwijaya, Pengusaha Bakrie, Kalla, HM Sulchan,  Bob Sadino, Budi Hartono, Liem Soe Liong, dan sederet nama-nama tenar lainnya. Mereka sukses di Indonesia dan menjadi pribadi yang mengangkat nama Indonesia. Mereka juga tinggal di Indonesia, sama seperti kita. Jadi siapapun dari kita bisa dan mungkin mengikuti jejak mereka untuk berprestasi di bidangnya. Tidak ada yang melarang kita untuk sukses di Indonesia.

Sebagai bagian dari Indonesia, sudah semestinya kita saling menghargai antar suku, antar agama, antar golongan, antar profesi, dan lain sebagainya. hendaklah kita mencari kesamaan dan bukan memperlebar perbedaan. Kita adalah senasib dan sudah selayaknya bantu membantu memperbaiki nasib sesama. Indonesia adalah milik bersama semua profesi, agama, suku, dan golongan. Mari buatlah prestasi yang membanggakan bagi negeri ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa merahmati kita. God Bless Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar